Transistor
Transistor berasal dari kata trans-fer dan re-sistor yang kurang lebih artinya adalah pengubahan tahanan atau menjadikan bahan yang bukan penghantar menjadi penghantar yaitu dari bahan setengah penghantar menjadi penghantar pada temperatur tertentu .
Setelah diketahui sifat dioda semikonduktor yaitu arus melaluinya dapat dikontrol oleh suatu elektroda yang ditambahkan pada junction- nya. Dengan penambahan tadi, maka dioda semikonduktor dapat dianggap menjadi dua dioda yang mempunyai satu elektroda sebagai elektroda bersama. Penambahan elektroda pengontrol terhadap dioda menghasilkan transistor bipolar dan biasanya dilakukan dengan cara mempertemukan dua buah dioda semikonduktor yang titik temunya harus pada elektroda sejenis, sehingga dapat dianggap sebagai dua dioda yang salig berhadapan atau bertolak belakang. Dengan memilih elektroda pengontrol dari tipe N atau tipe P sebagai elektroda persekutuan antara dua buah dioda yang dipertemukan maka menghasilkan transistor PNP atau transistor NPN. Gambar tentang transistor NPN dan PNP ditunjukkan oleh gambar.
( a ) Simbol transistor NPN dan PNP
Transistor NPN dan PNP
Keuntungan menggunakan transistor adalah
a. Ukuran fisiknya kecil
b. Tidak mudah pecah
c. Daya listrik yang relatif rendah
d. Efisiensi kerja relatif tinggi
Kekurangannya adalah
a. Tidak tahan panas
b. Tidak dapat menghasilkan frekuensi tinggi yang bertenaga besar
c. Penguatan yang dihasilkan kecil
Transistor mempunyai tiga buah elektroda, yaitu : emitor, basis dan kolektor. Oleh karena rangkaian dasar transistor terdiri dari tiga macam, yaitu :
1. Konfigurasi common base (Rangkaian basis terbumi)
2. Konfigurasi common emitter (Rangkaian emitor terbumi)
3. Konfigurasi common collector (Rangkaian kolektor terbumi)
Tiap-tiap rangkaian tersebut, salah satu elektrodanya sama-sama dipergunakan untuk saluran rangkaian masukan dan rangkaian keluaran.
Rangkaian Basis Terbumi
Ciri rangkaian basis terbumi ini adalah saluran basis ada pada rangkaian masukan maupun pada rangkaian keluaran. Kemudian sebagai arus masukan adalah arus emitor sedangkan arus keluarannya adalah arus kolektor.
I b = (1 - a ) . I e – I cbo dan I c = a . I e + I cbo
Rangkaian basis terbumi ini dapat digambarkan seperti Gambar di bawah ini :
Rangkaian basis terbumi
Rangkaian Emitor Terbumi
Rangkaian emitor terbumi ini ditunjukkan pada gambar di bawah ini :
Rangkaian emitor terbumi
Dalam rangkaian emitor terbumi ini, saluran emitor ada pada rangkaian masukan maupun pada rangkaian keluaran. Pada rangkaian emitor terbumi ini berlaku persamaan untuk arus.
I e = I b + I cbo , dan
I c = a . I e + I cbo
Bila pada rangkaian emitor terbumi ini diberi sebuah R1, R2, R3, dan R4 serta Vcc seperti pada gambar 2.16. maka akan berlaku persamaan untuk Vbb
V bb = V cc . R 2 / (R 1 + R 2 )
Rb dapat dicari dengan persamaan
R b = R 1 . R 2 / R 1 + R 2
R 1 dan R 2 dapat dicari dengan persamaan
R 1 = ( Rb / V cc – V bb ) . V cc
R 2 = ( V cc / V bb ) . R b
Vbb juga dapat dicari dengan persamaan dan untuk I b -nya dapat dicari dengan persamaan.
V bb = I b . R b + Vbe + I e . R 4
I b = I e / b + 1
.
Rangkaian emitor terbumi lengkap
Berdasarkan I b maka I c dapat dicari dengan persamaan
I c = b . I b
Berhubung I b = I e / b + 1 maka arusnya emitor dapat dituliskan persamaannya seperti pada persamaan (2-27).
I e = V bb – Vbe / R 4 + R b / b + 1
Setelah I e diketahui maka V b dapat dicari dengan persamaan
V b = Vbe + I e . R 4
V c dapat dicari dengan persamaan dan V e dapat dicari dengan persamaan
V c = V cc – I c . R 3
V e = I e . R 4
Rangkaian Kolektor Terbumi
Rangkaian kolektor terbumi akan ditunjukkan pada gambar di bawah ini :
Rangkaian Kolektor Terbumi
Seperti halnya rangkaian terbumi lainnya, rangkaian kolektor terbumi ini mempunyai saluran kolektor yang ada pada rangkaian masukan maupun pada rangkain keluaran. Pada rangkaian ini, sebagai rangkaian masukan adalah rangkaian basis sedangkan rangkaian keluarannya adalah rangkaian emitor.
I e = I b + I cbo , dan I c = a . I e + I cbo
Sumber (Depari,Ganti.1987 : 101).